
Surakarta, 13 Juni 2025 — Universitas ‘Aisyiyah Surakarta (Aiska University) menjadi tuan rumah pelaksanaan Working Group Collaboration (WGC) Session 2, yang berlangsung selama tiga hari, 13–15 Juni 2025. Kegiatan ini difokuskan pada penyusunan dokumen kurikulum berbasis capaian pembelajaran atau Outcome Based Curriculum (OBC), sebagai bagian dari upaya implementasi Kurikulum Pendidikan Tinggi berbasis Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) dan Permendikbudristek No. 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
WGC Session 2 diinisiasi oleh AIPKEMA (Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Muhammadiyah ‘Aisyiyah) dan melibatkan para pengembang kurikulum dari berbagai institusi anggota. Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Ketua AIPKEMA, Dr. Dewi Rokhanawati, S.SiT., M.PH dan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Aiska University, Bdn. Sri Kustiyati, SST., M.Keb.
“Merupakan kehormatan bagi Aiska University untuk menjadi bagian penting dalam penguatan mutu kurikulum pendidikan tinggi, khususnya di bidang kesehatan. Kolaborasi ini adalah bentuk nyata sinergi antarperguruan tinggi dalam menjawab tantangan pendidikan abad ke-21,” ujar Sri Kustiyati dalam sambutannya.
Selama kegiatan berlangsung, peserta secara intensif melakukan perumusan struktur kurikulum berdasarkan pendekatan OBE (Outcome-Based Education). Materi utama mencakup:
- Penetapan bahan kajian (Body of Knowledge)
- Pembentukan mata kuliah dan penentuan bobot SKS
- Penyusunan matriks dan peta kurikulum
Kegiatan ini juga mengintegrasikan prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum seperti keberlanjutan (sustainability), kewarganegaraan global, serta orientasi pendidikan yang inklusif dan adaptif sebagaimana tercantum dalam Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi oleh Dirjen Dikti (2024)
Selain menjadi wahana pengembangan akademik, forum ini juga menjadi ruang reflektif dalam mengkaji kembali profil lulusan, kesesuaian dengan kebutuhan industri dan masyarakat, serta penguatan jati diri program studi masing-masing. WGC Session 2 menjadi momentum strategis untuk memastikan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan, termasuk asosiasi, industri, serta mitra pendidikan lainnya dalam proses penyusunan kurikulum.